Sabtu, 25 September 2010


Silsilah Nabi Muhammad Rosulullah SAW

Sabtu, 06 Maret 2010 Label:
Silsilah Nabi Muhammad Rosulullah SAW dibawah ini bersambung sampai nabi Adam alaihi salam .

Silsilah dari fihak Ayah :
Abdullah bin Abdul-Muth­thalib (nama aslinya Syaibah), bin Hasyim, bin Abdu Manaf (nama aslinya Al-Mughirah), bin Qushay, bin Kilab, bin Murrah, bin Ka'b, bin Lu'ay, bin Gha­lib, bin Fihr (nama aslinya Quraisy dan menjadi cikal bakal nama kabilah), bin Malik, bin An-Nadhr (nama aslinya Qais), bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah (nama aslinya Amir), bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma'ad, bin Adnan. bin Add bin Humaisi', bin Salaman, bin Aush, bin Bauz, bin Qimwal, bin Ubay, bin Awwam, bin Nasyid, bin Haza, bin Baldas, bin Yadlaf, bin Tha­bikh, bin jahim, bin Nahisy, bin Makhy, bin Aidh, bin Abqar, bin Ubaid, bin Ad-Da'a, bin Harridan, bin Sinbar, bin Yatsriby, bin Yahzan, bin Yalhan, bin Ar'awy, bin Aidh, bin Daisyan, bin Aishar, bin Afnad, bin Aiham, bin Muqshir, bin Nahits, bin Zarih, bin Sumay, bin Muzay, bin Iwadhah, bin Aram, bin Qaidar, bin Isma'il Alaihi-Salam, bin Ibrahim Alaihi-Salam bin Tarih (nama aslinya Azar), bin Nahur, bin Saru' atau Sarugh, bin Ra'u, bin Falakh, bin Aibar, bin Syalakh, bin Arfakhsyad, bin Sam, bin Nuh Alaihi-Salam, bin Lamk, bin Mutwashyalakh, bin Akhnukh atau ldris Alaihis-Salam, bin Yard, bin Mahla'il bin Qainan, bin Yanisya, bin Syits Alaihi-Salam, bin Adam Alaihis-Salam.

Sedangkan dari fihak Ibu :
Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhroh bin Kilab.

Silsilah dari pihak Ayah dan Ibu beliu bertemu di Kilab. Dibawah ini silsilah pertemuan dari fihak Ayah dan Ibu serta putera-puteri Nabi Muhammad SAW

serial hukum islam

Oleh Denis Lail Hidayat

Seiring dengan tingkat kemajuan dan meningkatkan kebutuhan manusia terhadap segala sesuatu, maka banyak pula usaha yang dilakukan oleh manusia dengan kemampuan yang dimiliki untuk menggali segala yang diciptakan Allah melalui penelitian, pengkajian dan lain-lain, sehingga hasilnya nanti dapat membantu manusia memecahkan persoalan hdup yang terus berkembang dalam segala aspek kehidupan.

Di antara berbagai macam persoalan yang seringkali menimpa manusia adalah persoalan kesehatan, makanan dan keuangan. Secara alami manusia selalu mencari cara agar dapat bertahan guna memenuhi kebutuhan tersebut, namun persoalanya adalah sejauh mana cara yang dilakukan manusia tersebut berguna dan bermanfaat bagi dirinya tanpa harus melakukan dan mengerjakan sesuatu yang bertentangan dengan syariat. Namun demikian, seiring dengan perkembangan zaman dan kompleksnya persoalan hidup, akhirnya manusia berhadapan dengan jalan dimana mereka harus menentukan pilihan hidup. kemudian, manusia dituntut untuk mengambil sikap, jalan mana yang harus ditempuh.

Barkaitan dengan kompleksitas persoalan manusia tersebut, salah satu hal yang kemudian muncul dewasa ini adalah penggunaan benda-benda najis sebagai salah satu sarana bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup dan solusi dari kompleksitas persoalan yang dihadapi. Najis, merupakan benda yang diharamkan oleh Allah SWT, sebab benda najis adalah Sesuatu yang kotor yang wajib dibersihkan dan dicuci bila mengenai benda yang suci. Salah satunya adalah anjing, anjing dipandang sebagai najis, namun apakah ia juga diharamkan untuk memakannya?

I. Jenis-Jenis Najis

Mengenai macam-macam najis para ulama fikih membagi najis pada dua bagian yaitu najis hakiki atau najis aini dan najis hukmi. Adapun najis hakiki adalah bahwa najis itu terletak pada benda itu sendiri, seperti bangkai. Sedangkan najis hukmi adalah keadaan seseorang yang dianggap bernajis seperti seorang wanita yang sudah bersih dari haid tetapi belum mandi wajib (menurut ulama syafiiyah). Meskipun ulama fikih sepakat membagi najis menjadi dua bagian (najis hakiki dan najis hukmi), namun mereka berbeda pendapat dalam menetapkan pengertian najis hakiki dan najis hukmi tersebut.

Menurut ulama Syafiiyah, definisi najis hakiki adalah najis yang mempunyai zat (wujud), rasa, warna, dan bau dan mereka juga menamakannya dengan najis aini. Sedangkan najis hukmi adalah najis yang tidak mempunyai zat (wujud), rasa, warna dan bau, seperti air kencing yang sudah kering yang tidak bisa diketahui sifatnya. Dan membersihkannya cukup dengan menyiramnya satu kali siraman.

Ulama mazhab Hanafi mengatakan najis hakiki adalah najis yang bersifat hakikat (benda), seperti kotoran dan bangkai. Sedangkan najis hukmi adalah najis yang bersifat hukum atau keadaan seseorang dianggap bernajis, seperti seseoarang yang berhadas. Mengenai hal ini ibn abidin, salah seorang tokoh mazhab hanafi, mengatakan bahwa hadas merupakan najis hakiki secara hukum.

Ulama fikih Hanabilah memberikan pengertian najis hukmi sebagai najis yang mengena pada tempat yang sebelum kena najis ia suci. Oleh karena itu najis hukmi mencakup najis yang mempunyai zat dan yang tidak mempunyai zat, yaitu apabila najis itu melekat pada benda suci. Sedangkan najis hakiki adalah zat najis itu sendiri. Sementara itu ulama Malikiyyah berpendapat bahwa najis hukmi adalah hadas kecil dan hadas besar. Hadas menurut mereka adalah sifat syar’I yang mengenai sebagian anggota badan atau seluruhnya dan dapat dihilangkan lesicoam sedangkan najis hakiki adlah khubuts, yaitu segala sesuatu yang dianggap kotor oleh syara’.

Dalam redaksi lain, Wahbah al-Zuhaili mengemukakan pengertian najis hakiki dan najis hukmi tersebut. Menurutnya najis hakiki adalah segala kotoran yang menghalangi keabsahan shalat. Sedangkan najis hukmi adalah sesuatu yang dianggap najis yang terdapat pada anggota tubuh (badan) yang menghalangi sahnya shalat termasuk di dalamnya hadats kecil dan hadats besar.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama di atas, maka dapat disimpulkan bahwa najis hakiki adalah segala kotoran yang mempunyai zat, rasa, warna dan dan bau yang menghalangi keabsahan shalat istilah ini juga dapat dinamakan Najis Lizatihi. Sedangkan najis hukmi adalah hadas kecil dan hadas besar, yaitu sifat syar’I yang mengenai sebahagian anggota badan atau seluruhnya dan dapat menghilangkan kesucian atau disebut Najis Lighairihi.

Disamping pembagian tersebut, fuqaha’ juga membagi najis dari segi berat ringannya. Sayfi’iyyah dan hanabilah membagi najis dari segi berat ringannya kepada tiga bagian, yaitu; (1) mughallazah (najis berat) (2) mukhafafah (najis ringan) dan (3) Muttawasitoh (najis pertengahan)

II. Kriteria Halal yang harus diperhatikan

Sesungguhnya, makanan atau pangan yang halal dimakan adalah makanan yang halaalan, thayyiban ditambah mubaarakan dan tidak terdiri dari najis atau bercampur najis Untuk mendapat makanan sebagaimana dimaksudkan di atas, paling kurang ada khamsu halaalaat yang harus diperhatikan, yaitu :

Pertama: Halal Zatnya. Dilihat dari sisi kehalalan zatnya, makanan yang dikonsumsikan manusia terbagi kepada 3 jenis, yaitu nabati, hayawani dan jenis olahan.

Kedua: Halal cara memperolehnya makanan yang halal zatnya untuk dapat dikonsumsikan, haruslah diperoleh secara halal pula. Karena meskipun makanan itu sudah halal zatnya, tapi kalau cara memperoleh haram, maka mengonsumsi makanan tersebut menjadi haram juga. Misalnya nasi yang secara ijmak ulama menyatakan halal untuk dimakan (halalzat-nya), tapi kalau nasi itu hasil curian, artinya cara memperoleh nasi itu adalah haram maka hukum menkonsumsinya menjdi haram juga.

Ketiga: Halal cara memrosesnya. Sebagaiman dimaklumi, binatang yang halal dimakan tidak dapat dimakan secara serta merta, tapi harus melalui proses penyembelihan, pengulitan dan sebagainya. Proses-proses ini harus halal pula. Penyembelihan kecuali ikan dan belalang, semua binatang yang halal dimakan harus disembelih.

Keempat: Halal Pada Penyimpanannya. Semua bahan makanan yang disimpan hendaklah disimpan pada tempat yang aman, seperti dalam lemari es, agar busuk dan tidak disimpan di dalam tempat yang dapat bercampur dengan najis, seperti tuak, atau benda haram lainnya. Dalam proses produksi tidak tercampur atau berdekatan atau menempel dengan barang atau bahan yang haram seperti najis dst.

Kelima: Halal penyajiannya. Dalam mengedarkan dan menyajikan makanan penyajinya haruslah bersih dari najis dan kotoran. Para supplier dan leveransir atau sales haruslah orang yang sehat dan berpakaian bersih dan suci. Alat kemas atau bungkus atau yang sejenisnya harus hygen, steril, bersih, suci dan halal. Perkakas atau alat hidangan seperti piring, mangkok dan sebagainyaharuslah suci, bersih dan halal.

III. Hukum Memakan Anjing

Makan daging anjing hukumnya adalah haram, ada dua alasan menunjukkan haramnya

  1. Anjing terhitung dari As-Siba’ (hewan buas), dan As-Siba’ termasuk hewan yang haram dimakan sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil yang sangat banyak.
  2. Dalam hadits Abu Mas’ud Al-Anshory riwayat Bukhary-Muslim beliau berkata (yang artinya):“Sesungguhnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam melarang dari harga anjing”.

Kalau harganya terlarang, maka dagingnya pun haram. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam (yang artinya): “Sesungguhnya Allah kalau mengharamkan kepada suatu kaum memakan sesuatu maka (Allah) haramkan harganya atas mereka”. Diriwayatkan oleh Asy-Syafi’iy dalam Musnadnya no.269, Ahmad dalam Musnadnya 1/247, 293 dan 322, Abu Daud no.3488, Ibnul Mundzir dalam Al-Ausath 2/281, Abu ‘Awanah dalam Musnadnya 3/371, Ibnu Hibban sebagiamana dalam Al- Ihsan no.4938, Ad-Daraquthny 3/7, Al-Baihaqy 6/13 dan 9/353, Ath-Thobarany no.12887, Al- Maqdasy dalam Al Mukhtarah 9/511, Ibnul Jauzy dalam At-Tahqiq no.1475, dan Ibnu ‘Abdil Barr dalam At-Tamhid 9/44 dan 17/402-403 dan sanadnya shohih sebagaimana dalam Tuhfatul Muhtaj 2/204.

Selain yang ditetapkan oleh Allah dalam al-Qur’an, Nabi Muhammad,SAW menetapkan juga beberapa makanan yang haram dikonsumsi melalu Sunnah/ Hadisnya. Misalnya Hadis yang diriwayatkan oleh imam Malik dari Abu Hurairah, nabi bersabda:

نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن أكل كل ذي ناب من السباع وكل ذي مخلب من الطير
“Nabi mengharamkan setiap binatang buas yang punya taring dan setiap burung yang punya cakar”. .Berdasarkan hadis ini, maka harimau, singa, srigala, burung garuda, dan juga anjing haram dimakan.

IV. Najisnya Air Liur Anjing

Adapun dalil dari sunnah yang telah diterima semua ulama tentang najisnya air liur anjing adalah sebagai berikut:

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Bila seekor anjing minum dari wadah milik kalian, maka cucilah 7 kali. (HR Bukhari 172, Muslim 279, 90).
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,`Sucinya wadah kalian yang dimasuki mulut anjing adalah dengan mencucinya 7 kali.” Dan menurut riwayat Ahmad dan Muslim disebutkan salahsatunya dengan tanah.” (HR Muslim 279, 91, Ahmad 2/427)

Maka seluruh ulama sepakat bahwa air liur anjing itu najis, bahkan levelnya najis yang berat (mughallazhah). Sebab untuk mensucikannya harus dengan air tujuh kali dan salah satunya dengan menggunakan tanah. Siapa yang menentang hukum ini, maka dia telah menentang Allah dan rasul-Nya. Sebab Allah SWT dan Rasulullah SAW telah menegaskan kenajisan air liur anjing itu.

V. Khilaf Dalam Penetapan Najisnya Tubuh Anjing

Seluruh ulama telah membaca hadits-hadits di atas, tentunya mereka semua sepakat bahwa air liur anjing itu najis berat. Namun yang disepakati adalah kenajisan air liurnya. Lalu bagaimana dengan kenajisan tubuh anjing, dalam hal ini umumnya ulama mengatakan bahwa karena air liur itu bersumber dari tubuh anjing, maka otomatis tubuhnya pun harus najis juga. Sangat tidak masuk akal kalau kita mengatakan bahwa wadah air yang kemasukan moncong anjing hukumnya jadi najis, sementara tubuh anjing sebagai tempat munculnya air liur itu kok malah tidak najis.

Namun telah diakui bahwa ada satu pendapat menyendiri yang mengatakan bahwa tubuh anjing itu tidak najis. Yang najis hanya air liurnya saja. Karena hadits-hadits itu hanya menyebut air liurnya saja, tidak menyebutkan bahwa badan anjing itu najis. Pendapat ini dikemukakan oleh para ulama kalangan mazhab Malikiyah. Meski kurang masuk akal, namun kita hormati pendapat mereka dengan alur logika berfikirnya.

Namun yang pasti, ulama kalangan mazhab Maliki tidak pernah menolak dalil dari sunnah nabawiyah. Mereka bukan ingkarussunnah yang hanya memakai Quran lalu kafir kepada hadits. Mereka adalah mazhab fiqih yang beraliran ahlussunnah wal jamaah juga.

Lebih dalam tentang bagaimana perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang kenajisan anjing in]i, kibta bedah satu persatu sesuai apa yang[ terdapat dalam kitab-kitab fiqih rujukan utama.

a. Mazhab Al-Hanafiyah

Dalam mazhab ini sebagaimana yang kita dapat dikitab Fathul Qadir jilid 1 halaman 64, kitab Al-Badai` jilid 1 halaman 63, disebutkan bahwa yang najis dari anjing ada tiga, yaitu: air liur, mulut dan kotorannya.

Sedangkan tubuh dan bagian lainnya tidak dianggap najis. Kedudukannya sebagaimana hewan yang lainnya, bahkan umumnya anjing bermanfaat banyak buat manusia. Misalnya sebagai hewan penjaga atau pun hewan untuk berburu. Mengapa demikian?

Sebab dalam hadits tentang najisnya anjing, yang ditetapkan sebagai najis hanya bila anjing itu minum di suatu wadah air. Maka hanya bagian mulut dan air liurnya saja (termasuk kotorannya) yang dianggap najis.

b. Mazhab Al-Malikiyah

Seperti sudah disebutkan di atas, nazhab inimengatakan bahwa badan anjing itu tidak najis kecuali hanya air liurnya saja. Bila air liur anjing jatuh masuk ke dalam wadah air, wajiblah dicuci tujuh kali sebagai bentuk ritual pensuciannya.

Tetapi karena dalil sunnah nabawiyah tidak menyebutkan najisnya tubuh anjing, maka logika fiqih mereka mengantarkan mereka kepada pendapat bahwa tubuh anjing tidak najis.

c. Mazhab As-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah

Kedua mazhab ini sepakat mengatakan bahwa bukan hanya air liurnya saja yang najis, tetapi seluruh tubuh anjing itu hukumnya najis berat, termasuk keringatnya. Bahkan hewan lain yang kawin dengan anjing pun ikut hukum yang sama pula. Dan untuk mensucikannya harus dengan mencucinya tujuh kali dan salah satunya dengan tanah.

Logika yang digunakan oleh mazhab ini adalah tidak mungkin kita hanya mengatakan bahwa yang najis dari anjing hanya mulut dan air liurnya saja. Sebab sumber air liur itu dari badannya. Maka badannya itu juga merupakan sumber najis. Termasuk air yang keluar dari tubuh itu juga,air kencing, kotoran dan juga keringatnya.

Pendapat tentang najisnya seluruh tubuh anjing ini juga dikuatkan dengan hadits lainnya antara lain:

Bahwa Rasululah SAW diundang masuk ke rumah salah seorang kaum dan beliau mendatangi undangan itu. Di kala lainya, kaum yang lain mengundangnya dan beliau tidak mendatanginya. Ketika ditanyakan kepada beliau apa sebabnya beliau tidak mendatangi undangan yang kedua, beliau bersabda,”Di rumah yang kedua ada anjing sedangkan di rumah yang pertama hanya ada kucing. Dan kucing itu itu tidak najis.” (HR Al-Hakim dan Ad-Daruquthuny).Dari hadits ini bisa dipahami bahwa kucing itu tidak najis, sedangkan anjing itu najis.

VI. Anjing Ashabul Kahfi(tambahan)

Kisah ashabul kafi yang menghuni gua dan memiliki anjing, sama sekali tidak ada kaitannya dengan hukum najisnya anjing. Ada dua alasan mengapa kami katakan demikian.

a. Pertama, mereka bukan umat nabi Muhammad SAW. Maka syariat yang turun kepada mereka tidak secara otomatis berlaku buat kita. Kecuali ada ketetapan hukum dari Rasulullah SAW.

b. Kedua, kisah itu sama sekali tidak memberikan informasi tentang hukum tubuh anjing, apakah najis atau tidak. Kisah itu hanya menceritakan bahwa di antara penghuni gua, salah satunya ada anjing.

Dan memelihara anjing dalam Islam tidak diharamkan, terutama bila digunakan untuk hal-hal yang berguna. Seperti untuk berburu, mencari jejak dan sebagainya. Bahkan kita dibolehkan memakan hewan hasil buruan anjing telah diajar. Al-Quran mengistilahkannya dengan sebutan: mukallab.

Mereka menanyakan kepadamu, “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.(QS. Al-Maidah: 4)

Menurut para ahli tafsir, yang dimaksud dengan binatang buas yang telah diajar dengan melatihkan untuk berburu di dalam ayat ini adalah anjing pemburu. Tentu bekas gigitannya pada tubuh binatang buruan tidak boleh dimakan. Tapi selain itu, hukumnya boleh dimakan dan tidak perlu disembelih lagi.

Bahwa ada pendapat yang tidak menajiskan anjing, memang ada. Di antaranya adalah kalangan mazhab Malik yang dipelopori oleh pendirinya, al-Imam Malik rahimahullah.

Khusus dalam masalah kenajisan dan kehalalan hewan, mazhab ini boleh dibilang paling eksentrik. Sebab selain tidak menajiskan anjing, mereka pun tidak menajiskan babi. Tentu saja mereka punya segudang dalil dari Al-Quran dan As-sunnah yang rasanya sulit kita nafikan begitu saja. Meski kita tetap berhak untuk tidak sepakat.

Maksudnya, pendapat itu bukan mengada-ada atau asal-asalan. Tetapi lahir dari hasil ijtihad panjang para ulama sekaliber Imam Malik. Asal tahu saja, Imam Malik itu adalah guru Imam As-Syafi’i. Beliau adalah imam ulama Madinah, kota yang dahulu Rasulullah SAW pernah tinggal beserta dengan para shahabatnya.

Akan tetapi memang demikian dunia ilmu fiqih, meski pernah belajar kepada Imam Malik, namun Imam Asy-Syafi’i tidak merasa harus mengekor kepada semua pendapat gurunya itu. Dan kapasitas beliau sendiri memang sangat layak untuk berijtihad secara mutlak, sebagaimana sang guru. Dan hal itu diakui sendiri oleh sang guru, bahkan sang gurujustru sangat bangga punya anak didik yang bisa menjadi mujtahid mutlak serta mendirikan mazhab sendiri. Di mana tidak semua pendapat gurunya itu ditelan mentah-mentah.

Mazhab As-Syafi’i sendiri justru 180 derajat berbeda pandangan dalam masalah anjing dan babi. Buat mereka, anjing dan juga babi adalah hewan yang haram dimakan, sekaligus najis berat . Yang najis bukan hanya moncongnya saja sebagaimana bunyi teks hadits, melainkan semua bagian tubuhnya. Dalilnya adalah hadits berikut ini:

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, Bila seekor anjing minum dari wadah milik kalian, maka cucilah 7 kali. .

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sucinya wadah kalian yang dimasuki mulut anjing adalah dengan mencucinya 7 kali salah satunya dengan tanah.

Dalam pandangan mazhab ini, meski hadits Rasulullah SAW hanya menyebutkan najisnya wadah air bila diminum anjing, namun kesimpulannya menjadi panjang.

Logika mereka demikian, kalau hadits menyebutkan bahwa wadah menjadi najis lantaran anjing meminum airnya, berarti karena air itu tercampur dengan air liur anjing. Maka buat mereka, najis dihasilkan oleh air liurnya. Jadi air liur anjing itu najis. Sementara air liur itu sendiri dihasilkan dari dalam perut anjing. Berarti isi perut anjing itu juga najis. Dan secara nalar, apapun yang keluar dari dalam perut atau tubuh anjing itu najis. Seperti air kencing, kotoran bahkan termasuk keringatnya.

Nalar seperti ini kalau dipikir-pikir benar juga. Sebab kalau air yang tadinya suci lalu diminum anjing bisa menjadi najis karena terkena air liur anjing, tidak logis kalau justru sumber najisnya malah dikatakan tidak najis. Betul, kan?

Jadi meski hadits itu tidak mengatakan bahwa tubuh anjing itu najis, tetapi logika dan nalar mengantarkan kita kepada kesimpulan bahwa tubuh anjing itu seharusnya sumber kenajisan.

KESIMPULAN

Telah dipaparkan dalam uraian bahwa dalam esentialnya daging adalah haram. Meskipun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa anjing boleh untuk dimakan namun jika dilihat dari tinjauan biologi saja dalam air liur anjing mengandung berbagai macam kuman penyakit,jika kita berpikir secara logis, maka bulu dan kulitnya akan terkena air liurnya,maka menjadi najis dan haramlah keseluruhannya.Selain itu telah banyak penelitian bahwa daging anjing adalah panas. Jika dilihat dari sisi mudharatnya akan membawa dampak psikologis kepada pemakannya yakni akan menjadi emosional dan ambisius.

Oleh karena itu kita ambil hikmah dari diharamkannya daging anjing untuk dikonsumsi dalam ranah islam. Karena Allah tidak menciptakan segalanya dengan sia-sia maka anjing difungsikan untuk berburu dsb, seperti yang terlihat pada kisah Ashabul Kahfi.

Semoga dengan adanya makalah ini, dapat membantu dalam keabstrakan yang selama ini muncul di masyarakat mengenai keharaman anjing (kalb).

Jumat, 15 Januari 2010

kata-kata mutiara cinta

Bibirku tak akan pernah mengatakan "aku cinta kamu"
Aku juga takan pernah ingin mendengar kamu mengatakan kepadaku "aku cinta kamu"
Biarlah hati kita yang saling mengatakanya
Biarlah hati kita yang saling mendengarnya
Karena hati tak pernah berdusta
Karena bibir tak akan pernah mampu untuk mengungkapkan cinta sejati kita
Karena bibir lebih sering berdusta terhadap perasaan manusia

Cinta adalah percikan kasih Illahi di dalam perasaan hati insani kita...
Dia akan bergetar dan terhubung sendiri dalam diri dan hati kita masing-masing....
Tak perlu dikatakan...dan tak untuk di katakan...

Kamu adalah bagian dari hatiku
Maka aku tidak ingin mencintai orang lain
Karena aku mengerti dirimu
Seperti aku mengerti rasa yang ada didalam hatiku

Semua aku ingin lakukan untuk memiliki dan menjagamu
Karena kamu adalah bagian dari hidupku
Dan aku ingin kau selalu bersamaku sampai kapanpun
Karena perasaan hati kita telah menyatu dan tak bisa dipisahkan

Jika suatu saat kamu mengkhianati cintaku ...
Maka aku tak akan menyesalkan dirimu
Tapi akau akan sangat bersedih....
Karena aku sangat bodoh dan tuli sampai tak mampu mendengar suara hatiku....
Dan aku akan kembali berusaha mendengarkan suara-suara cinta dari dalam hatiku...
Sampai aku bisa mendengarnya dengan jelas sekali.


"Kata-Kata yang paling indah"
Kata kata yang paling indah di dengar oleh seluruh lapisan jiwa dan seluruh lapisan alam adalah "Terima kasih"

"Sahabat dan teman sejati"
Tak ada sahabat atau teman sejati, yang ada adalah kepentingan....
Jadikan persahabatan dan pertemanan sebagai tanggung jawab yang indah, bukan cuma peluang untuk memanfaatkan...

"Cinta sejati"
Cinta sejati hanya ada dan terwujud , bila hati yang mencintai terhubung dengan kasih Illahi...jika tidak , maka itu bukan cinta sejati, tapi pelampiasan emosi dan kepentingan akan harapan kehidupan...

"Perkawinan dan pernikahan"
..Hanyalah bentuk pengakuan orang lain, yang tak ada maknanya bagi hidup pasangan yang menjalaninya bila pasangan itu tak mengerti mengapa menyatu.

"Kasih- sayang"
Kasih-sayang adalah tenaga hidup umat manusia , kasih-sayang adalah arus listrik yang menggerakan kehidupan manusia ,bila kasih-sayang di musnahkan, sama halnya matahari di hilangkan (kiamat)
...kalian semua hidup dan berasal dari kasih sayang orang2 tua kalian...juga dari kasih-sayang orang lain..., keberadaan manusia juga karena kasih-sayang Tuhan.....lalu mengapa kalian berdebat dan meributkan kasih-sayang...saling membunuh dan saling menghancurkan....?

Kamis, 14 Januari 2010

renungan

Suatu hari seorang penceramah terkenal membuka seminarnya dengan cara unik. Sambil memegang uang pecahan Rp. 100.000,-, ia bertanya kepada hadirin, “Siapa yang mau uang ini?” Tampak banyak tangan diacungkan. Pertanda banyak minat. “Saya akan berikan ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini.”

Ia berdiri mendekati hadirin. Uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat-lipat. Lalu bertanya lagi, “Siapa yang masih mau uang ini?” Jumlah tangan yang teracung tak berkurang. “Baiklah,” jawabnya, “apa jadinya bila saya melakukan ini?” ujarnya sambil menjatuhkan uang itu ke lantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya. Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi.

“Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat?” Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak. “Hadirin sekalian, Anda baru saja menghadapi sebuah pelajaran penting. Apa pun yang terjadi dengan uang ini, Anda masih berminat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya. Biarpun lecek dan kotor, uang itu tetap bernilai Rp. 100.000,-.” Dalam kehidupan ini kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan berlepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita. Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti. Padahal apa pun yang telah dan akan terjadi, Anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda, terlebih di mata Allah. Jangan pernah lupa – Anda spesial.

123 Kata Mutiara Motivasi Hidup

Pesan dalam kumpulan kata-kata mutiara ini tidak akan pernah menyentuh jiwa yang kerdil, pemalas, pesimis, mudah patah semangat, tidak percaya diri, serta tidak memiliki cita-cita!

  1. Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan (Robert F. Kennedy)
  2. Setiap pria dan wanita sukses adalah pemimpi-pemimpi besar. Mereka berimajinasi tentang masa depan mereka, berbuat sebaik mungkin dalam setiap hal, dan bekerja setiap hari menuju visi jauh ke depan yang menjadi tujuan mereka (Brian Tracy)
  3. Percayalah pada keajaiban, tapi jangan tergantung padanya (H. Jackson Brown, Jr)
  4. Rayulah aku, dan aku mungkin tak mempercayaimu. Kritiklah aku, dan mungkin aku tak menyukaimu. Acuhkan aku, dan aku mungkin tak memaafkanmu. Semangatilah aku, dan aku mungkin takkan melupakanmu (William Arthur)
  5. Jika Anda membuat seseorang bahagia hari ini, Anda juga membuat dia berbahagia dua puluh tahun lagi, saat ia mengenang peristiwa itu (Sydney Smith)
  6. Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman. Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mendapatkan banyak teman tetapi menyia-nyiakannya. (Ali bin Abi Thalib)
  7. Jangan segan untuk mengulurkan tangan Anda. Tetapi, jangan juga segan untuk menjabat tangan orang lain yang datang pada Anda (Pope John XXIII)
  8. Alam memberi kita satu lidah, akan tetapi memberi kita dua telinga, agar kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara (La Rouchefoucauld)
  9. Sahabat paling baik dari kebenaran adalah waktu, musuhnya yang paling besar adalah prasangka, dan pengiringnya yang paling setia adalah kerendahan hati (Caleb CC.)
  10. Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat Anda berikan, bukan pada apa yang Anda peroleh (Mohandas Ghandi)
  11. Kegagalan tidak diukur dari apa yang telah Anda raih, namun kegagalan yang telah Anda hadapi, dan keberanian yang membuat Anda tetap berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi (Orison Swett Marden)
  12. Dan bahwa setiap pengalaman mestilah dimasukkan ke dalam kehidupan, guna memperkaya kehidupan itu sendiri. Karena tiada kata akhir untuk belajar seperti juga tiada kata akhir untuk kehidupan (Annemarie S.)
  13. Urusan kita dalam kehidupan bukanlah untuk melampaui orang lain, tetapi untuk melampaui diri sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini (Stuart B. Johnson)
  14. Saya telah mempelajari kehidupan pria-pria besar dan wanita-wanita terkenal, dan saya menemukan bahwa mereka yang mencapai puncak keberhasilan adalah mereka yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ada di hadapan mereka dengan segenap tenaga, semangat dan kerja keras (Harry S. Truman)
  15. Sebagian orang mengatakan kesempatan hanya datang satu kali, itu tidak benar. Kesempatan itu selalu datang, tetapi Anda harus siap menanggapinya (Louis L’amour)
  16. Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab. Yakni orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir (W.A. Nance)
  17. Kebahagiaan tertinggi dalam kehidupan adalah kepastian bahwa Anda dicintai apa adanya, atau lebih tepatnya dicintai walaupun Anda seperti diri Anda adanya (Victor Hugo)
  18. Jika kita memulainya dengan kepastian, kita akan berakhir dalam keraguan, tetapi jika kita memulainya dengan keraguan, dan bersabar menghadapinya, kita akan berakhir dalam kepastian (Francis Bacon)
  19. Jangan melihat masa lalu dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran (James Thurber)
  20. Orang-orang menjadi begitu luar biasa ketika mereka mulai berpikir bahwa mereka bisa melakukan sesuatu. Saat mereka percaya pada diri mereka sendiri, mereka memiliki rahasia kesuksesan yang pertama (Norman Vincent Peale)
  21. Kebahagiaan akan tumbuh berkembang manakala Anda membantu orang lain. Namun bilamana Anda tidak mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu dan mengering. Kebahagiaan bagaikan sebuah tanaman, harus disirami tiap hari dengan sikap dan tindakan memberi (J. Donald Walters)
  22. Sedikit sekali orang yang memiliki hartanya sendiri. Hartalah yang memiliki mereka (Robert G. Ingersoll)
  23. Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah. Hidup adalah sebuah nyanyian, maka nyanyikanlah. Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah. Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah. Hidup adalah cinta, maka nikmatilah (Bhagawan Sri Sthya Sai Baba)
  24. Orang yang bahagia bukanlah pada lingkungan tertentu, melainkan orang dengan sikap-sikap tertentu (Hugh Downs)
  25. Jangan takut untuk mengambil satu langkah besar bila memang itu diperlukan. Anda tak akan bisa melompati jurang dengan dua lompatan kecil (David Lloyd George)
  26. Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan (General Collin Power)
  27. Kita menilai diri kita dengan mengukur dari apa yang kita rasa mampu untuk kerjakan, orang lain mengukur kita dengan mengukur dari adap yang telah kita lakukan (Henry Wadsworth Longfellow)
  28. Pengalaman bukan apa yang terjadi pada Anda, melainkan apa yang Anda lakukan atas apa yang terjadi pada Anda (Aldous Huxley)
  29. Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak, dan jarang menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi (Jawaharlal Nehru)
  30. Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan (Confusius)
  31. Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan adalah berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia hari ini (Samuel Taylor Colleridge)
  32. Amatlah sedikit yang diperlukan untuk membuat suatu kehidupan yang membahagiakan, semuanya ada di dalam diri Anda, yaitu di dalam cara berpikir dan bersikap (Fred Corbett)
  33. Kesalahan terbesar yang dibuat manusia dalam kehidupannya adalah terus-menerus merasa takut bahwa mereka akan melakukan kesalahan (Elbert Hubbad)
  34. Kebanggan kita yang terbesar bukan karena tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh (Confusius)
  35. Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan, dan saya percaya pada diri saya sendiri (Muhammad Ali)
  36. Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan, saat mereka menyerah (Thomas Alfa Edison)
  37. Semua orang tidak perlu malu karena berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana dari sebelumnya (Alexander Pope)
  38. Kita berdoa jika kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan rezeki melimpah (Khalil Gibran)
  39. Bagian terbaik dari seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain (William Wordsworth)
  40. Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan dilempari dengan batu, tapi membalas dengan buah (Abu Bakar Sibli)
  41. Apabila kamu tidak bisa berbuat kebaikan kepada orang lain dengan kekayaanmu, maka berilah mereka kebaikan dengan wajahmu yang berseri-seri, disertai akhlak yang baik (Nabi Muhammad Saw.)
  42. Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih (Lao Tse)
  43. Kaca, porselen, dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan dapat direkatkan kembali tanpa bekas yang nampak (Benjamin Franklin)
  44. Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain (Thomas Hardy)
  45. Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menentramkan amarah dan gelombang itu (Marcus Aurelius)
  46. Karena manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya. Tidak kelihatan olehnya walaupun nyata. Kecil di pandangnya walau bagaimana pun besarnya (Jalinus At Thabib)
  47. Jika orang berpegang pada keyakinan, maka hilanglah kesangsian. Tetapi, jika semua orang mulai berpegang pada kesangsian, maka hilanglah keyakinan (Sir Francis Bacon)
  48. Perbuatan-perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tetapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusukan dan pengkhianatan (Johan Wolfgang Goethe)
  49. Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali nampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah melakukannya dengan baik (Evelyn Underhill)
  50. Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh (Andrew Jackson)
  51. Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita menyesali apa yang belum kita capai (Schopenhauer)
  52. Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak (Aldus Huxley)
  53. Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi (Ernest Newman)
  54. Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri (Martin Vanbee)
  55. Dalam masalah hati nurani, pikiran pertama lah yang terbaik. Dalam masalah kebijaksanaan, pemikiran terakhirlah yang terbaik (Robert Hall)
  56. Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tidak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu (William Feather)
  57. Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan yang sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya ketika ia marah (Nabi Muhammad Saw.)
  58. Ancaman nyata sebenarnya bukan pada saat komputer mulai bisa berfikir seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai berfikir seperti komputer (Sydney Harris)
  59. Orang-orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dengan cara yang berbeda (Dale Carnegie)
  60. Hati yang penuh syukur bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan induk dari segala kebajikan yang lain (Cicero)
  61. Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu (Benjamin Franklin)
  62. Apa yang nampak sebagai suatu kemurahan hati, sering sebenarnya tiada lain adalah ambisi yang terselubung, yang mengabaikan kepentingan-kepentingan kecil untuk mengejar kepentingan-kepentingan yang lebih besar (La Roucefoucauld)
  63. Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan (Nabi Muhammad Saw.)
  64. Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari ke hari, dengan kata lain, kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri (Mary Mc Carthy)
  65. Kerendahan hati menuntun pada kekuatan, bukan kelemahan. Mengakui kesalahan dan melakukan perubahan atas kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan pada diri sendiri (John McCLoy)
  66. Apapun tugas hidup kita, lakukanlah dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih hidup, yang sudah mati dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi (Marthin Luther King)
  67. Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tetapi perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri (Bung Karno)
  68. Orang-orang yang gagal dibagi menjadi dua : mereka yang berpikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan tapi tak pernah memikirkannya (John Charles Salak)
  69. Kegagalan adalah sesuatu yang bisa kita hindari dengan tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan apa-apa dan tidak menjadi apa-apa (Denis Waitley)
  70. Persahabatan adalah hal tersulit untuk dijelaskan di dunia ini. Dan, itu bukan soal yang Anda pelajari di sekolah. Tetapi, bila Anda tidak pernah belajar makna persahabatan, Anda benar-benar tidak belajar apa pun (Muhammad Ali)
  71. Kebaikan hati adalah ketidakmampuan untuk tetap tenteram jika ada orang lain yang merasa gelisah, ketidakmampuan merasa nyaman jika ada orang merasa tidak nyaman, ketidakmampuan untuk tetap berperasaan enak apabila seorang tetangga sedang gundah (Samuel H. Holdenson)
  72. Maafkanlah musuh-musuh Anda, tapi jangan pernah melupakan nama-namanya (John F. Kennedy)
  73. Hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk orang lain bukanlah membagikan kekayaan Anda, tetapi membantu ia untuk memiliki kekayaannya sendiri (Benjamin Disraeli)
  74. Ada dua macam manusia di dunia ini : mereka yang mencari alasan dan mereka yang mencari keberhasilan. Orang yang mencari alasan selalu mencari alasan mengapa pekerjaannya tidak selesai, dan orang yang mencari keberhasilan selalu mencari alasan mengapa pekerjaannya dapat terselesaikan (Alan Cohen)
  75. Cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja, siapa tahu, pada suatu hari kelak, ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekedarnya saja, siapa tahu, pada suatu hari kelak, ia akan berbalik menjadi orang yang kau cintai (Imam Ali RA)
  76. Sebuah tong yang penuh dengan pengetahuan belum tentu sama nilainya dengan setetes budi (Phytagoras)
  77. Bila rahasia sebuah atom dari atom-atom tersingkap, rahasia segala benda ciptaan, baik lahir maupun batin akan tersingkap, dan kau takkan melihat pada dunia ini atau dunia yang akan datang kecuali Tuhan (Syaikh Ahmad Al-Alawi)
  78. Lebih baik menjaga mulut Anda tetap tertutup dan membiarkan orang lain menganggap Anda bodoh, daripada membuka mulut Anda dan menegaskan semua anggapan mereka (Mark Twain)
  79. Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki (Mahatma Ghandi)
  80. Hal terindah yang dapat kita alami adalah misteri. Misteri adalah sumber semua seni sejati dan semua ilmu pengetahuan (Albert Einstein)
  81. Orang-orang yang melontarkan kritik bagi kita pada hakikatnya adalah pengawal jiwa kita, yang bekerja tanpa bayaran (Corni Ten Boom)
  82. Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tapi kita kehilangan semangat (Abraham Lincoln)
  83. Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata “Ibu”, dan panggilan yang paling indah adalah “ibuku”. Ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati. (Kahlil Gibran)
  84. Sahabatmu adalah kebutuhan jiwamu yang terpenuhi. Dialah ladang hatimu, yang dengan kasih kau taburi dan kau pungut buahnya penuh rasa terima kasih. Kau menghampirinya di kala hati gersang kelaparan, dan mencarinya di kala jiwa membutuhkan kedamaian. Janganlah ada tujuan lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya jiwa (Kahlil Gibran)
  85. Seorang pecundang tak tahu apa yang dilakukannya bila kalah, tapi sesumbar apa yang dilakukannya bila menang. Sedangkan pemenang tak berbicara apa yang akan dilakukannya bila ia menang, tetapi tahu apa yang dilakukannya bila ia kalah (Eric Berne)
  86. Seekor burung hantu yang bijaksana duduk di sebatang dahan. Semakin banyak ia melihat, semakin sedikit ia berbicara. Semakin sedikit ia berbicara, semakin banyak ia mendengar. Mengapa kita tidak seperti burung hantu yang bijaksana itu? (Edward Hersey Richards)
  87. Pandanglah hari ini, kemarin sudah jadi mimpi. Dan esok hanyalah sebuah visi. Tetapi, hari ini yang sungguh nyata, menjadikan kemarin sebagai mimpi kebahagiaan, dan setiap hari esok adalah visi harapan (Alexander Pope)
  88. Jadikan deritaku sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuatan Yang Maha Esa (Bung Karno)
  89. Ia akan datang, dan pergi. Seorang penguasa, pengemis atau pertapa – setiap orang yang lahir pasti mati. Menghembuskan nafas terakhir di atas tahta, atau diseret ke dalam kubur dengan tangan dan kaki terikat, apa bedanya? (Kabir)
  90. Satu-satunya yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri (Franklin D. Rosevelt)
  91. Saya melihat seorang pemecah batu sedang memukul sebongkah batu padas sampai seratus kali tanpa kelihatan retak sedikit pun. Tapi, pada pukulan ke seratus satu kali, batu itu pecah menjadi dua. Saya tahu bahwa bukan pukulan terakhir itu yang membelah batu, tapi semua pukulan yang sudah dilakukan sebelumnya (Jacob Riis)
  92. Jika Anda membiarkan sesuatu yang kecil berlalu, Anda akan menemukan kedamaian yang kecil juga. Jika Anda membiarkan lebih banyak hal berlalu, Anda akan meraih lebih banyak kedamaian. Jika Anda benar-benar membiarkan seluruhnya berlalu, Anda akan mendapatkan seluruh kedamaian (Ajahn Chah)
  93. Apa perbedaan antara hambatan dan kesempatan? Perbedaannya terletak pada sikap kita dalam memandangnya. Selalu ada kesulitan dalam setiap kesempatan dan selalu ada kesempatan dalam setiap kesulitan. (J. Sidlow Baxter)
  94. Musisi harus menciptakan musik. Pelukis harus menggoreskan lukisannya. Penyair harus menulis sajaknya. Mereka harus melakukannya agar mencapai puncak kedamaian dalam diri mereka sendiri. Seseorang harus menjadi apa yang mereka bisa jadi (Abraham Maslow)
  95. Meski Anda menyembunyikan pikiran buruk dalam hati Anda, tetap akan terpancar kekuatan kelam. Pikiran cinta, meskipun tak mengucapkannya, maka dunia pun akan terasa lebih terang (Ella Wheeler Wilcox)
  96. Kadang-kadang anda dapat mengatasi sebuah situasi sulit hanya dengan bersedia memahami orang lain. Sering yang paling dibutuhkan oleh seseorang adalah mengetahui bahwa ada seorang lain yang peduli tentang bagaimana perasaannya dan berusaha memahami posisi mereka (Brian Tracy)
  97. Orang bijak adalah dia yang hari ini mengerjakan apa yang orang bodoh akan kerjakan tiga hari kemudian (Abdullah Ibnu Mubarak)
  98. Kesempatan Anda untuk sukses di setiap kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa besar kepercayaan Anda pada diri sendiri (Robert Collier)
  99. Saya tak pernah menjumpai seseorang yang menderita karena terlalu banyak bekerja. Lebih banyak orang menderita karena terlalu banyak ambisi tetapi tak cukup berusaha (Dr. James Mantague)
  100. Nilai manusia, bukan bagaiman ia mati, melainkan bagaimana ia hidup. Bukan apa yang telah ia perolah, melainkan apa yang telah ia berikan. Bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuat dengan tugas yang diberikan Tuha kepadanya (Ministry)
  101. Perhatikan perbedaan antara apa yang terjadi bila seseorang berkata, “Saya telah gagal tiga kali”, dan apa yang terjadi bila ia berkata, “Saya orang yang gagal”. (S. I. Hayakawa)
  102. Saat berbicara mode, berenanglah mengikuti arus. Saat berbicara prinsip, tegarlah seperti batu karang (Thomas Jefferson)
  103. Ada dua cara untuk menjalani hidup ini dengan mudah, percaya pada segala sesuatu atau meragukan segala sesuatu. Kedua cara tersebut membebaskan kita dari berfikir (Theodore Rubin)
  104. Hidup dengan melakukan kesalahan akan tampak lebih terhormat daripada selalu benar karena tidak melakukan apa-apa (George Bernard Shaw)
  105. Kegagalan adalah satu-satunya kesempatan untuk memulai lagi dengan lebih cerdik (Henry Ford)
  106. Apapun fakta yang ada di depan kita tidak lebih penting dari sikap kita dalam menghadapinya, karena itulah yang menentukan keberhasilan atau kegagalan kita (Norman Vincent Peale)
  107. Anda adalah produk dari lingkungan Anda. Maka, pilihlah lingkungan terbaik bagi pengembangan Anda menuju tujuan-tujuan Anda. Analisalah hidup Anda melalui lingkaran Anda. Apakah hal-hal di sekitar Anda membatu Anda menuju sukses atau malah menahan Anda? (W. Clement Stone)
  108. Kita harus saling memaafkan dan kemudian melupakan apa yang telah kita maafkan (Andrew Jackson)
  109. Kebencian atau dendam tidak menyakiti orang yang tidak Anda sukai. Tetapi setiap hari dan setiap malam dalam kehidupan Anda, perasaan itu menggerogoti Anda (Norman Vincent Peale)
  110. Jangan pernah berpisah tanpa ungkapan kasih sayang untuk dikenang. Mungkin saja perpisahan itu ternyata untuk selamanya (Jean Paul Reatcher)
  111. Maut bukanlah kehilangan terbesar dalam hidup. Kehilangan terbesar adalah apa yang mati dalam sanubari sementara kita masih hidup (Norman Cousins)
  112. Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain dengan denyut jantung, gairah dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain (Confusius)
  113. Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang kali. Dengan demikian, kecemerlangan bukan tindakan, tetapi kebiasaan (Aristoteles)
  114. Seorang pemimpin adalah orang yang melihat lebih banyak dari pada yang dilihat orang lain, melihat lebih jauh dari pada yang dilihat orang lain, dan melihat sebelum orang lain melihat (Leroy Eims)
  115. Jangan biarkan orang lain mempengaruhi ide dan keputusan Anda. Dalam lima tahun ke depan, Anda lah – bukan mereka – yang harus hidup dengan pilihan yang Anda buat (Sarah Brklacich)
  116. Bukalah mata sewaktu berjalan, karena bisa saja Anda akan bertemu kesempatan. Adapun kesempatan itu sendiri buta. Peganglah erat-erat, karena kesempatan datang dan pergi tanpa memberitahu (Anonim)
  117. Sifat cinta sama seperti sifat air dan tanah. Apabila Anda tidak cukup menggali, yang Anda peroleh adalah air yang keruh. Apabila Anda cukup menggali, yang Anda peroleh adalah air yang bersih dan jernih (Hazrat Inayat Khan)
  118. Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan (Gen Collin Powel)
  119. Kita datang ke dunia ini sendiri, dan sendiri pula kita meninggalkannya. Di antara pintu masuk dan pintu keluar, kita menghabiskan waktu lain untuk mencari persahabatan (E. M. Dooling)
  120. Mereka yang tidak bisa memaafkan orang lain menghancurkan jembatan yang akan dilewatinya (Confusius)
  121. Tuhan menganugerahi Anda wajah, tapi kita harus memberikannya ekspresi (Anonim)
  122. Manusia tidak dirancang untuk gagal, tapi manusia-lah yang gagal untuk merancang (William J. Siegel)
  123. Hati Anda belum hidup kalau belum pernah mengalami rasa sakit. Rasa sakit karena cinta akan membuka hati, bahkan bila hati itu sekeras batu (Hazrat Inayat Khan)

Kumpulan Kata-Kata Mutiara Cinta Kahlil Gibran

Berikut ini juga hasil pencarian saya, akhirnya menemukan kumpulan kata-kata mutiara di sebuah blog. Awalnya, Dee mengirimkan sebuah puisi tak lengkap, Saya ingin mencintaimu secara sederhana, yang ternyata setelah saya dapatkan aslinya adalah :

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… Seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Khalil Gibran, salah satu pujangga terdepan dalam masalah mengolah kata menjadi mutiara. Semoga postingan ini membawa manfaat.

Cinta tidak menyadari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan pun tiba. Dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian.

Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang.

Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad.

Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati; tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya.

Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan.

Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.

Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia, karena cinta itu membangkitkan semangat,hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya.

Aku mencintaimu wahai kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau. Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita. Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta.

Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan. Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku cintai…

Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta adalah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya.

Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah senantiasa.

Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburnya. Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaiannya, dimanakah dia akan menemukannya, bagaimanakah dia akan bisa memperolehinya kembali?

Kamu mungkin akan melupakan orang yang tertawa denganmu, tetapi tidak mungkin melupakan orang yang pernah menangis denganmu.

Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuatan itu tidak akan pernah direnggut dari manusia penuh berkat yang mencinta.

Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang muncul daripada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum.

Bekerja dengan rasa cinta, bererti menyatukan diri dengan diri kalian sendiri, dengan diri orang lain dan kepada Tuhan. Tapi bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta itu? Bekerja dengan cinta bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmu yang akan memakainya kelak.

Kata-kata tidak mengenal waktu. Kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyadari akan keabadiannya.

Alangkah buruknya nilai kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya.

Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia

Sabtu, 02 Januari 2010

Guide to the Study of Philosophy

Guide to the Study of Philosophy

Welcome to the study of philosophy; I hope that you will enjoy your pursuit of the discipline and find it rewarding in many ways. In this document, I've gathered some information that may be of assistance to you as you proceed through a formal course of study.

You may also wish to consult the Teaching and Studying Resources page of Episteme Links and the Dictionary of Philosophical Terms and Names.
Contents

* Reading Philosophical Texts

Using Electronic Texts

* Philosophical Dialogue

The Electronic Forum

* Writing Philosophy

Writing Research Papers
Writing Essay Exams


Reading Philosophical Texts

The assignments in your course require you to engage in a close reading of significant texts written by the major philosophers of the Western tradition. Since you may have had little experience in dealing with material of this sort, the prospect may be a little daunting at first. Philosophical prose is carefully crafted to achieve its own purposes, and reading it well requires a similar degree of care. Here are a few suggestions:

*

Do the assigned reading
The philosophical texts simply are the content of the course; if you do not read, you will not learn. Coming to class without having read and listening to the discourse of those who have is no substitute for grappling with the material on your own. You can't develop intellectual independence if you rely for your information on the opinions of other people, even when they happen to be correct.

*

Consider the context
Philosophical writing, like literature of any genre, arises from a concrete historical setting. Approaching each text, you should keep in mind who wrote it, when and where it was published, for what audience it was originally intended, what purposes it was supposed to achieve, and how it has been received by the philosophical and general communities since its appearance. Introductory matter in your textbooks and the Internet resources accessed through the course syllabus will help you get off to a good start.

*

Take your time
Careful reading cannot be rushed; you should allow plenty of time for a leisurely perusal of the material assigned each day. Individual learning styles certainly differ: some people function best by reading the same text several times with progressively more detailed attention; others prefer to work through the text patiently and diligently a single time. In either case, encourage yourself to slow down and engage the text at a personal level.

*

Spot crucial passages
Although philosophers do not deliberately spin out pointlessly excessive verbiage (no, really!), most philosophical texts vary in density from page to page. It isn't always obvious what matters most; philosophers sometimes glide superficially over the very points on which their entire argument depends. But with the practice you'll be getting week by week, you'll soon be able to highlight the most important portions of each assignment.

*

Identify central theses
Each philosophical text is intended to convince us of the truth of particular propositions. Although these central theses are sometimes stated clearly and explicitly, authors often choose to present them more subtly in the context of the line of reasoning which they are established. Remember that the thesis may be either positive or negative, either the acceptance or the rejection of a philosophical position. At the most general level, you may find it helpful to survey the exam study questions in your course study aids file as you read each assigned text.

*

Locate supportive arguments
Philosophers do not merely state opinions but also undertake to establish their truth. The methods employed to support philosophical theses can differ widely, but most of them will be expressed one of the forms of logical argumentation. That is, the philosopher will (explicitly or implicitly) offer premises that are clearly true and then claim that a sound inference from these premises leads inexorably to the desired conclusion. Although a disciplined study of the forms of logical reasoning is helpful, you'll probably learn to recognize the most common patterns from early examples in your reading.

*

Assess the arguments
Arguments are not all of equal cogency; we are obliged to accept the conclusion only if it is supported by correct inference from true premises. Thus, there are two different ways in which to question the legitimacy of a particular argument:
o Ask whether the premises are true. (Remember that one or more of the premises of the argument may be unstated assumptions.)
o Ask whether the inference from premises to conclusion is sound. (Here it will be helpful to think of applying the same pattern of reasoning to a more familiar case.)
If all else fails, you may question the truth of the conclusion directly by proposing a counter-example which seems obviously to contradict it.

*

Look for connections
Since these texts occur within a tradition, they are often directly related to each other. Within your reading of a particular philosopher, notice the way in which material in one portion of the text links up with material from another. As the semester proceeds, consider the ways in which each philosopher incorporates, appropriates, rejects, or responds to the work of those who have gone before. Finally, make every possible effort to relate this philosophical text to what you already know from courses in other disciplines and from your own life experiences.

Above all else, don't worry! You'll spend most of your class time going over the assigned readings, often in great detail. You'll have plenty of opportunities to learn what other readers have found, to ask questions for clarification of puzzling passages, and to share your own insights with others. As the semester proceeds, you will grow ever more confident in your own capacity to interpret philosophical texts.


Using Electronic Texts

The philosophers' pages here will provide you with convenient access to electronic versions of most of the texts you'll be reading and to other texts by the same or related authors. Please learn to make use of these materials regularly. I think you'll find that e-texts offer a number of advantages for research in philosophy:

* With a little practice, you'll find the virtual library easy to get around in. Well-designed hypertext files are particularly useful, but even straight text files are often easier to manipulate than physical books.
* It is much more convenient to compare related texts in electronic than in print form. (The trilingual version of Descartes's Meditations is an excellent example.
* Using the utilities provided with your browser or word-processing software makes it easy to search the text for key words or phrases and to excerpt crucial passages for further study.

Exciting prospects! As David Hume wrote in a different context, "When we run over libraries, persuaded of these principles, what havoc must we make?" Before committing any of our old print volumes to the flames, however, we might consider a few words of caution:

* Not every significant text is available in electronic form. Although many worthwhile projects are busy expanding the number of texts on-line, the process of conversion from print media to reliable e-text is time-consuming and labor-intensive. It will be a long time before Internet resources can begin to rival the holdings of even a small research library.
* Because of copyright restrictions, the electronic texts available on the Internet rarely include the best critical editions or the most recent translations of the work of major philosophers. (For those we must still rely on more costly print or CD-ROM media.) When using e-texts in the preparation of a written assignment, you'll want to refer to the more definitive print versions before quoting directly.
* Not all of the readily available e-texts are of the highest quality; scanning errors are common, and proof-reading is sometimes spotty. Although I've tried to identify reliable versions, I've certainly not checked every word myself. Again, be sure to double-check against a more standard print version of the text.
* Finally, in my own experience, at least, for the kind of leisurely, ruminative reading that most philosophical texts require, a physical volume—the kind of thing you can spread out on your lap or mark up with a pencil or even heave across the room—is still hard to beat.



Philosophical Dialogue

Verbal discussion of serious topics is in no way tangential to the practice of philosophy. From Socratic gatherings to the philosophical conventions of today, thinking things through out loud—and in the presence of others—has always been of the essence of the philosophical method. (Most philosophical texts embody this give-and-take, either in explicit use of dialogue form or by a more subtle alteration of proposal, objection, and reply.) Your philosophical education demands that you enter into the great conversation of Western thought. A few suggestions may help:

*

Be prepared
Productive dialogue presupposes informed participants. This means that during every class session, each of us will have read the material assigned for the day, we will pay careful attention to what others have already said, and we will think carefully before speaking. Of course, each of us will often be mistaken, but none of us should ever speak randomly.

*

Respect others
Joint participants in dialogue show a deep, personal respect for each other. We owe it to each other to listen well and to give each other the benefit of doubt in interpreting charitably what has been said, trying always to see the worthwhile point. Although we will rarely find ourselves in total agreement on the issues at stake, we will never attack or make fun of each other personally.

*

Expect conflict
Disagreement with an expressed opinion and criticism of its putative support is not disrespectful; it is an acknowledgment that we are taking the matter seriously. The more significant the issue under discussion, the more likely our exchanges will become passionate, even heated. But we must always deal with each other fairly, helping each other to see the light.

*

Quality counts more than quantity
No discussion will be perfectly balanced among its participants, and each of us will have days on which we are quieter or more vocal. But no one should dominate the conversation, nor should anyone be utterly silent. If you find yourself speaking too much, try to listen more; if you find yourself saying too little, look for opportunities to contribute. But always remember that it is what you say, not the fact of your speaking, that matters.

*

Ask questions
Not every contribution to the dialogue needs to be the proposal or defence of a thesis. It is always proper to ask for a clarification of the meaning of something that has already been said or for the justification of a claim that has already been made. (Those who are naturally quiet may find that a well-timed question is the most comfortable way to participate in the dialogue.)

Above all, remember that philosophical discussion is a cooperative activity, aiming at a mutual achievement of truth (or, at least, convergence on a shared opinion). It is not a competition in which "points" are to be scored against an opponent. We are working together, and each can learn from all.


The Electronic Forum

Conducting an e-mail discussion during the semester enables us to expand our study of philosophy beyond the spatial and temporal boundaries of class meetings. If you've not used e-mail extensively before, it may take a little energy to get started, but you'll soon find this medium a comfortable one for communicating with the entire group. Early in the semester, everyone will be subscribed to the mailing list for your course and can use it to send a message to the entire class.

Here are a few general ground rules for getting started on the electronic forum:

*

Check your mail frequently
Every member of the class will be contributing multiple e-mail messages each week—perhaps one or two substantive efforts and several short comments. This means that your mail will pile up pretty quickly. You'll want to read it daily, or at least several times a week, so that you have a chance to chime in on a subject before we move on to something else.

*

Avoid lengthy quotes
When responding to someone else's comments, don't quote the whole message—we've all seen it already. Just mention the person's name, the date of the message, and quote the few crucial lines that provide a context for what you want to say. (Some identification is a good idea, since we'll all be "speaking" at once.)

*

Never be deliberately offensive
Lacking the visual cues present in face-to-face communication, typed electronic messages can easily seem more harsh than they were intended to be. Even in the passion of a vigorous philosophical exchange, let's try to be considerate of each other on both sides—in writing and in reading—by assuming the best. No "flaming," please.

Remember that this addition to the more traditional methods of discussion is still experimental, at least for us. That's no reason to be timid: let's plunge in, try everything we can think of, learn from our mistakes and from our successes, and enjoy the adventure.


Writing Philosophy

Write to learn. Expressing your thoughts is an excellent way of discovering what they really are. Even when you're the only one who ever sees the results of your explorations, trying to put them down in written form often helps, and when you wish to communicate to others, the ability to write clear, meaningful prose is vital. Here are some suggestions for proceeding:

*

Understand the assignment
Whether you're completing a specific assignment from me or developing your own project, it is important to have the aims firmly in mind. Focus on a single question you wish to address, be clear about your own answer to it, and explicitly state a thesis that answers the question. You will often want to divide the central issue into several smaller questions, each with its own answer, and this will naturally lead to a coherent structure for the entire essay.

*

Interpret fairly
Most of your writing projects will begin with a careful effort to interpret a philosophical text, and this step should never be taken lightly. Your first responsibility is to develop an accurate reading of the original text; then your criticism can begin. Focus primarily on the adequacy of the arguments which support the stated conclusions. If you disagree, you can look for the weaknesses of that support; if you agree, you can defend it against possible attacks.

*

Support your thesis
Don't just state your own position; make it the conclusion of a line of reasoning. Claim only what you can prove (or are, at least, prepared to defend), and support it with evidence and argument. Philosophy is not just a list of true opinions, but the reasoned effort to provide justification.

*

Consider alternatives
Be sure to explore arguments on all sides of the issue you address. Of course you will want to emphasize the reasoning that supports your thesis, but it is also important to consider likely objections and to respond with counter-arguments. Be especially carefully in your use of examples: the best positive example can only clarify meaning and lend some evidentiary confirmation, but a single counter-example disproves a general claim completely.

*

Omit the unnecessary
Include in your written work only what is germane to your topic: after the first draft, mercilessly eliminate from your text anything that does not directly and uniquely support the thesis. Padding with irrelevant or redundant material is never worthwhile. Be particularly careful in your use of material prepared by others: do not plagiarize, paraphrase without attribution, quote directly often or at length, or rely extensively on a single secondary source.

*

Write clearly
It is your responsibility as writer to express yourself in a way that can be understood. Use specific, concrete language in active voice whenever you can. Define your terms explicitly and use them consistently throughout your paper.

Finally, you may find it helpful to keep an appropriate audience in mind as you write. Don't write just for the instructor and your classmates—that is, don't assume that your audience has professional knowledge of the philosophical texts or total awareness of every conversation that has taken place, inside and outside the classroom. Unless otherwise directed by the details of a particular assignment, think of yourself as presenting the material to a friend, your parents, or a class: intelligent, interested people who are well-informed generally but who lack your knowledge of the philosophical issues. Write to teach.


Paper Submission Guidelines

All written assignments should be submitted in the designated form, and should include a clear indication of the course and assignment number. Be sure to observe the designated due date; work that is turned in late will automatically receive a significantly reduced grade.

It is reasonable to expect any assignment prepared outside class to be written well, with careful attention to grammar, spelling, and usage. Philosophical writing should avoid offensive sexual, racial, ethnic, religious, and material or physical bias. You will find useful examples of appropriate writing styles in the American Philosophical Association's Guidelines for Non-Sexist Use of Language.

You may employ any one of the methods of attribution described in The Chicago Manual of Style, but must be consistent in both notes and bibliographies. Direct quotations from the philosophers should be taken from the standard edition of the works or the definitive English translation as listed in Richard T. DeGeorge, The Philosopher's Guide or from the texts you have been asked to read for this course.

If you make significant use of an electronic source, remember that this deserves documentation, too, including the author's name, titles for both the page and the site, a complete Uniform Resource Locator, and the date on which you viewed it on-line. Thus, for example, work on George Berkeley's philosophy might include references to:

* George Berkeley, A Treatise concerning the Principles of Human Knowledge, Section 22. HTML edition by David R. Wilkins. Accessed 30 September 1998.
* "George Berkeley," The Internet Encyclopedia of Philosophy, ed. by James Fieser. Accessed 25 April 1999.
* Garth Kemerling, "Berkeley's Immaterialism," Philosophy Pages. Accessed 14 October 2000.
* Peter B. Lloyd, "Berkeley's Metaphysics," Berkeley Studies. Accessed 23 June 1999.

Although you're welcome to use such sources, it is not possible to write an adequate research paper using on-line materials alone. Print resources are far more extensive, detailed, and reliable.

In addition to these formal criteria, please consult the general suggestions for Writing Philosophy above.



Writing Essay Exams

Since a significant portion of your grade for this course will depend upon assessment of your knowledge and skill as reflected in examinations, here are a few suggestions for dealing with essay exams:

*

Be prepared
Rely heavily upon the study questions distributed at the outset of the course: look over them at the beginning of each unit; use them to guide your reading of the texts and our discussion in class; and review them before the exam. If you have considered these issues fully, nothing on the exam itself can surprise you. Arrive promptly for the exam, and try to be well-rested, and relaxed.

*

Understand the question
Before beginning to write, read each question carefully and completely; it will ask that you address a specific issue in a particular way. Pay close attention to words (such as "Describe...," "Explain...," "Compare and contrast...," "Assess...," and "Evaluate...") that suggest the appropriate mode of response. If you are uncertain what a question means, ask me for a clarification. Take a moment to organize your thoughts on the subject, and dive in.

*

Stick to the point
Make sure that your essay is directly relevant to the question asked. Although you will know a great deal more about the philosopher or topic at issue than your answer requires, it will be read only for information and/or argumentation that responds to the specific question. If you believe that additional material is required, indicate clearly and explicitly how it connects with the matter at hand.

*

Use your time wisely
Although essay exams in philosophy are not meant to be intensely time-pressured, they must be completed within certain limits. You may be asked to write four or five short essays during an exam, allowing fifteen or twenty minutes for each. Don't get so absorbed in one question that you spend much more than its share of the available time; if you have more to say, jot down a note or two, move on to another question, and return to complete your answer if time allows.

*

Make every word count
Although it is always helpful to write clearly—that is, in complete, grammatically correct sentences—there is no need to craft beautiful prose. Avoid lengthy prefatory, transitional, and summary verbiage. Get the essentials down on paper, and trust the instructor to evaluate your essay by its quality, not its quantity.

For further guidance, please consult the general suggestions for Writing Philosophy above.